Hmmm... teringat waktu awal cari-cari kuliahan dulu. Pusingnya
tujuh keliling, bingungnya minta ampun. Mau daftar kemana belum kepikiran,
belum pasti milih yang mana, padahal rentetan-rentetan daftar penerimaan
mahasiswa baru berderet-deret sepanjang kereta api, mungkin lebih. Pun pilihan
masih mengambang.
Suatu ketika saya berkonsultasi dengan ibu saya, yang selalu
mengarahkan, walaupun bapak saya juga mengarahkan tapi soal ini bapak hanya
meyakinkan saja, “yang penting niat kamu sekolah, cari ilmu dan pengalaman, Nduk,
mau dimana tanya ke Ibumu tuh, Bapak hanya bisa cari nafkah”, begitulah Bapak
saya. Kalau Ibu saya ya maunya saya kuliah di Universitas Negeri, “yang penting
negeri”. Oke, saya setuju dan pilihannya adalah UGM dan UNY. Karena pilihan
saya lewat bidikmisi, UIN Jogja tidak tercantum dan pilihan di luar kota Jogja
tidak terpikirkan. Pilihan jurusan masih belum tahu, Ibu saya pengen ini saya
pengen itu, Ibu saya pengen saya kesana saya pengen kesini. Dilemma. Saya pun
ambil semua, dari Ibu saya dan dariku sendiri. Entah ketrima atau tidak itu
yang terbaik.
Hasil SNMPTN dan SBMPTN saya belum diterima. Tak masalah masih ada
kesempatan lain. Namun Ibu saya tidak menyuruh saya mendaftar lagi di jalur
reguler maupun mandiri. Saya diperkenankan untuk mendaftar CPNS di IPDN
(Institut Pemerintahan Dalam Negeri). Ibu saya melihat pendaftaran CPNS itu
termuat di surat kabar. Akhirnya saya fokus mencari informasi tentang
pendafatran CPNS tersebut, ada beberapa tahap seleksi yang harus dilalui dengan
sistem gugur. Sayang, di tahap terakhir saya gugur, huhuhu.
Tak apalah, Allah pasti telah menyediakan pilihan yang terbaik buat
saya. Saya tidak lagi mendaftar ke perguruan tinggi karena saya diajak ikut
orangtua pindah rumah di Palembang. Beberapa bulan kemudian saya balik lagi ke
Jogja. Di tahun kedua setelah lulus SMA, saya mendaftar lagi ke perguruan
tinggi negeri. Karena pendaftaran SBMPTN masih beberapa bulan lagi saya
nanya-nanya pada temen-temen yang sudah diterima di perguruan tinggi, jurusan
apa dan perguruan tinggi mana. Entah apa yang membuat saya tertarik, saya ingin
sekali masuk ke jurusan Ilmu Perpustakaan. Dari pendapatku sendiri tidak
terlalu banyak yang minat di jurusan ini pun kayaknya dalam bekerja tidak
terlalu berat, saya juga suka buku dalam merawatnya pun aku teliti.
Saat saya konsultasikan kepada Ibu saya, “Ya tak masalah, terserah
lah mau ambil apa, asal lancar tidak putus di tengah jalan. Niat kuliah ya
kuliah, cari ilmu dan pengalaman. Kerjaan besok setelah lulus pasti ada, peluang
disini banyak”, kata Ibu lewat telpon dari Palembang. Saya pun dengan niat
sungguh-sungguh untuk belajar mendaftar SBMPTN dengan pilihan pertama dan kedua
di UNY dan pilihan ketiga di UIN Sunan Kalijaga jurusan Ilmu Perpustakaan. Dan
alhamdulillah yang diterima pillihan ketiga. Semoga ini adalah jalan terbaik
buat saya. Amiiin.
Dengan masuknya saya di jurusan Ilmu Perpustakaan tak masalah, malah
sungguh luar biasa. Dengan dosen-dosen yang berpengalaman, berpendidikan
samapai S3, bahkan mengemban ilmu sampai ke negeri orang, memotivasi
mahasiswa-mahasiswa dalam berkarya, berkreatif, berinovatif. Walaupun tak
sedikit orang yang memandang sebelah mata jurusan Ilmu Perpustakaan, namun
banyak juga orang yang menganggap sangat dibutuhkan sekali lulusan dari Ilmu
Perpustakaan.
Intinya apapun jurusan yang kita tempuh, hadapi dan lalui pasti ada
sisi baik dan buruknya. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menutupi
sisi buruk yang ada dengan menonjolkan sisi baiknya, berkreasi mewujudkan
kebaikan. Pun dalam hidup setinggi-tingginya kita belajar, sebaik-baiknya sifat
orang jika orang tersebut tidak bermanfaat maka semua akan sia-sia. Beginilah
banyak dosen dan orang-orang “besar” berwejang “Orang yang bermanfaat
adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain”.