Sebuah
minat yang ada pada diri seseorang harus dikembangkan agar bermanfaat untuk
orang lain pun kita dapat memberi manfaat kepada orang lain. Tersirat dalam
kata-kata bijak yang sering saya dengar, orang yang baik adalah orang yang
bermanfaat untuk orang lain. Jadi, kita semua, termasuk saya bila ingin
dianggap orang baik maka harus bermanfaat untuk orang lain. Berkaitan dengan
minat, telah saya ungkit sebelumnya, minat dalam diri seseorang akan sangat
bermanfaat untuk orang lain. Mungkin, tak hanya orang lain yang dekat dengan
kita tapi juga masyarakat, bangsa, negara, bahkan orang-orang dari bangsa lain
atau negara lain pun dapat memperoleh manfaatnya.
Minat
seseorang dikatakan bermanfaat untuk orang lain harus memenuhi syarat, tak
banyak-banyak, hanya minat yang bermanfaat dan jangan dipendam. Minat seseorang
yang hanya dipendam, hanya untuk dirinya sendiri, tak direalisasikan, tak
dilakukan di “dunia luar”, itu hanyalah minat kosong, tidak bermanfaat bagi orang
lain dan cuma seonggok minat saja. Berbeda jika seseorang punya minat menulis
misalnya, dan orang itu mengembangkan minat jadilah bakat yang pro. Walaupun
awalnya tak semudah membalikkan telapak tangan. Orang itu sering membuat karya
dengan menulis yang tak hanya satu-dua, menerbitkan tulisannya, mengadakan launching
buku karyanya, bahkan dapat menjadi seorang motivator dalam mengembangkan minat
menulis, karya-karyanya yang banyak dibaca oleh beribu-ribu orang di negeri
ini. Sungguh luar biasa.
Dalam
mengembangkan minat perlu kita sadari bahwa kita memerlukan orang lain, tak
bisa mengelak, kita adalah makhluk sosial. Tak sedikit seorang penulis pemula
mengembangkan minat dengan “berguru”, entah
itu dari teman, kerabat, senior atau bahkan senior-senior pro, penulis
terkenal. Maka dari itu dibutuhkannya sebuah komunitas, komunitas adalah
kumpulan sekelompok orang yang memiliki minat yang sama, tujuan yang sama dalam
mengembangkan minat, saling bertukar pikiran, memberikan solusi dan aktif
secara berkelanjutan.
Saya
yang mempunyai minat menulis juga ingin mengembangkan minat saya. Awalnya saya
mengembangkan dengan memperbanyak menulis, baik menulis catatan harian,
cerita-cerita atau yang lainnya. Namun saya merasa, jika hanya menulis saja tak
kan maksimal hasilnya, jadi saya kirimkan karya-karya saya ke majalah, berbagai
surat kabar, dan mengikuti lomba-lomba berkaitan dengan kepenulisan. Seperti
yang saya bilang tadi tak semudah membalikkan telapak tangan. Hanya satu karya
saya yang termuat di majalah yang lainnya belum mencapai. Itu semua saya mulai
dari waktu Sekolah Menengah Atas dulu.
Sekarang
saya sudah hampir dua tahun di perguruan tinggi. Di Universitas ini saya
mengikuti berbagai seminar atau pelatihan berkaitan kepenulisan untuk
mengembangkan minat saya yang mana sebagian besar yang mengikuti pasti memiliki
minat yang sama dan sebagai peserta pasti mempunyai masalah yang bisa
ditanyakan dalam acara ini. Selain itu seperti acara launching buku dan
bedah buku saya ikuti, juga dapat menjembatani antara calon penulis dengan
penulis, bahkan sesama penulis, saling berbagi pengalaman.
taken from rumpun nektar |
Namun
itu adalah acara-acara tambahan yang dapat menambah pengembangan dalam menulis.
Komunitas yang saya ikuti adalah komunitas secara online, yaitu Rumpun
Nektar yaitu Komunitas Penulis Fiksi Sastra Indonesia. Walaupun tidak secara
langsung saya mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan komunitas ini, tapi
saya selalu update informasi dan penetahuan lain berkaitan komunitas
ini. Dalam komunitas ini memberikan wadah kepada penggiat kepenulisan untuk
berbagi dan berkomunikasi, berkumpul dan belajar bersama, juga merupakan ruang
diskusi yang memberikan berbagai solusi, disuguhkan pula tips-tips menulis,
bagaimana membuat karya yang dapat menarik penerbit untuk menerbitkan karya
kita, memberikan tempat untuk menerbitkan karya-karya dan masih banyak lagi
sehingga kita dapat berdiskusi banyak hal berkaitan dengan dunia tulis menulis.
Alasan
saya mengembangkan minat dalam menulis karena selain saya suka menulis, saya
ingin membuat jejak-jejak yang mana jejak-jejak itu dapat memberikan manfaat
kepada orang lain dan merupakan jejak-jejak sejarah dalam hidup saya. Pun dalam
karya sebuah buku saja menjadi sebuah jejak sejarah yang berharga, sampai
kapanpun sebuah buku pasti ada pembacanya, seperti salah satu dari lima gagasan
Ranganathan every book its reader. Sehingga jika saya memiliki banyak
karya buku yang diterbitkan, dari setiap generasi ke generasi selanjutnya pasti
ada pembacanya walupun hanya satu orang. Jejak-jejak sejarah pun terlihat.
taken from rumpun nektar |
Dimasa
mendatang saya tak hanya mengikuti komunitas saja tapi saya ingin membuat
komunitas. Komunitas yang diperuntukkan kepada orang-orang yang memiliki jiwa
relawan dalam meningkatkan ke-literatur-an bagi masyarakat yang jauh dari
literatur, yang belum seluruhnya tersentuh literatur, seperti di
pelosok-pelosok desa jauh dari kecanggihan informasi. Dalam komunitas ini kelak
saya ingin mengumpulkan orang-orang yang ingin memajukan masyarakat dari
ketertinggalan informasi, pendidikan dan bacaan-bacaan intelektual. Dengan
penerjunan beberapa wakil dari komunitas ke lapangan yang dibekali pendidikan, skill
dan karya-karya literatur untuk masyarakat yang dituju. Sehingga dengan adanya
komunitas ini saya berharap tingkat pendidikan dan keinformasian diseluruh
negara Indonesia sama dan setara, meningkatkan pendidikan di daerah-daerah
terpencil yang mungkin tak tersentuh oleh pihak yang berwajib. Semoga berhasil.
Good luck.