Kamis, 07 April 2016

Tari Klasik Jawa




            Kesenian dan kebudayaan Jawa yang begitu beragam merupakan sosok icon yang menarik untuk diketahui. Sesuatu yang khas sebagai identitas diri sehingga mudah dikenali. Tak usah jauh-jauh, misalnya saja Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memang asal daerah saya, merupakan daerah yang benar-benar istimewa. Selain dikenal sebagai kota pelajar juga terkenal dengan kota budaya, yang mana budaya-budaya Jawa yang terkenal dulu masih dikembangkan sampai sekarang, walaupun tak semua daerah benar-benar mengembangkan budaya tersebut. Namun perlu diapresiasi daerah Yogya ini masih kental dengan adanya budaya Jawa. Budaya Jawa yang masih berkembang di Yogya dalam hal musik berupa kerawitan atau gamelan dan sinden,untuk pertunjukan ada berbagai macam wayang, ketoprak, reog, tari dan masih banyak lagi, dalam hal upacara atau tradisi ada sekaten, labuhan dan lain sebagainya.
            Dari berbagai kesenian dan budaya di Yogya tersebut ada satu icon yang saya sorot, yaitu pagelaran tari klasik di Keraton Yogyakarta. Bukan hal baru lagi jika di Keraton banyak pertunjukan-pertunjukan yang digelar. Karena Keraton adalah pusatnya kegiatan kebudayaan pun terdapat peninggalan barang-barang budaya yang masih disimpan.
Suasana tempat pagelaran tari dengan para pemain gamelan
            Tari klasik yang ditampilkan setiap Minggu ini adalah penampilan secara bergiliran dari berbagai organisasi di Keraton. Pada minggu ini tanggal 3 April 2016 di Keraton Yogyakarta pagelaran Tari Klasik ditampilkan oleh Organisasi Kedung Wardaya Keraton. Empat macam tarian klasik khas Jawa disuguhkan untuk menarik para wisatawan lokal maupun luar.
Tari Golek Asmarandana



Acara diawali dengan mengantarkan alunan bait-bait gending jawa dengan pukulan yang khas pada gamelan diiringi nyanyian merdu sinden. Tarian yang pertama tampil adalah Tari Golek Asmarandana, ditampilkan oleh tiga wanita cantik. Tarian ini memerankan bahwa seorang wanita yang menginjak masa remaja akan senang berias diri. Tak dipungkiri di kehidupan sehari-hari pun wanita yang telah menginjak remaja, telah masuk pada era pubertas sudah dapat “mengurusi” diri, tidak seperti anak kecil lagi, pun menjaga penampilan yang tak lain sudah bisa berias diri.
Tari Kelana Topeng
Penampilan selanjutnya yang ditampilkan oleh Lantip Kuswarandaya yang memerankan sebagai Prabu Klanasih Wandana. Adalah Tari Kelana Topeng dari cerita Panji yang mengisahkan tentang Prabu Klanasih  Wandana yang sedang dirubung asmara terhadap Dewi Sekar Taji. Dalam penampilan Tari Babad ini tidak ada yang memerankan Dewi Sekar Taji, hanya seorang sebagai Prabu Klanasih Wandana saja yang sedang membayangkan keasmaraannya dengan Dewi Sekar Taji.
Tari Golek Menak
            Kisah Dewi Kilaswara yang berperang dengan Sudrawedi ditampilkan dengan tari Golek Menak oleh dua wanita. Akibat dari peperangan ini dikarenakan Dewi Kilaswara dengan kekuatan yang dimilikinya mencuri suami dari Sudrawedi, Hamyah ki Ageng Jayarana.
Tari Ramayana
Tarian terakhir ditampilkan oleh dua orang pria adalah Tari Ramayana. Tarian yang dipetik dari cerita Ramayana ini mengisahkan tentang Senggana atau Anoman, utusan Prabu Rama, yang masuk ke Taman Soka dan ketahuan oleh Yasadewa. Kemudian terjadilah perang.
saya bersama salah satu penari Tari Ramayana
Tari Ramayana
  
saya bersama KRT Wijayapura
Berbagai tarian yang mempunyai makna tersendiri, memuat kisah-kisah sejarah yang perlu juga ditampilkan untuk menambah wawasan generasi muda. Narasumber kami, Bapak Tri Nardana atau nama keratonnya KRT. Wijayapura menuturkan bahwa acara pagelaran ini bertujuan selain menarik wisatawan luar juga dapat memberikan kesempatan organisasi untuk menghidupkan budaya Jawa khususnya dengan menampilkan Tarian Klasik Jawa ini. “dengan adanya acara ini merupakan salah satu bentuk dalam melestarikan budaya Jawa, khususnya tari”, lanjut beliau.

Acara ini pun juga menghibur dan dapat memberikan penetahuan tentang budaya Jawa khususnya di Yogya. Jika Anda penasaran untuk melihat langsung, datang aja ke Keraton, dekat Alun-Alun Utara, gratis, hanya tiket masuk Keraton. Pagelaran ini diadakan setiap hari Minggu pukul 10.00 – 12.00.