Kesenian dan
kebudayaan Jawa yang begitu beragam merupakan sosok icon yang menarik untuk
diketahui. Sesuatu yang khas sebagai identitas diri sehingga mudah dikenali.
Tak usah jauh-jauh, misalnya saja Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memang asal
daerah saya, merupakan daerah yang benar-benar istimewa. Selain dikenal sebagai
kota pelajar juga terkenal dengan kota budaya, yang mana budaya-budaya Jawa
yang terkenal dulu masih dikembangkan sampai sekarang, walaupun tak semua
daerah benar-benar mengembangkan budaya tersebut. Namun perlu diapresiasi daerah
Yogya ini masih kental dengan adanya budaya Jawa. Budaya Jawa yang masih
berkembang di Yogya dalam hal musik berupa kerawitan atau gamelan dan
sinden,untuk pertunjukan ada berbagai macam wayang, ketoprak, reog, tari dan
masih banyak lagi, dalam hal upacara atau tradisi ada sekaten, labuhan dan lain
sebagainya.
Dari berbagai
kesenian dan budaya di Yogya tersebut ada satu icon yang saya sorot, yaitu
pagelaran tari klasik di Keraton Yogyakarta. Bukan hal baru lagi jika di
Keraton banyak pertunjukan-pertunjukan yang digelar. Karena Keraton adalah
pusatnya kegiatan kebudayaan pun terdapat peninggalan barang-barang budaya yang
masih disimpan.
Suasana tempat pagelaran tari dengan para pemain gamelan |
Tari klasik yang
ditampilkan setiap Minggu ini adalah penampilan secara bergiliran dari berbagai
organisasi di Keraton. Pada minggu ini tanggal 3 April 2016 di Keraton
Yogyakarta pagelaran Tari Klasik ditampilkan oleh Organisasi Kedung Wardaya
Keraton. Empat macam tarian klasik khas Jawa disuguhkan untuk menarik para
wisatawan lokal maupun luar.
Tari Golek Asmarandana |
Acara diawali dengan mengantarkan alunan bait-bait gending jawa
dengan pukulan yang khas pada gamelan diiringi nyanyian merdu sinden. Tarian
yang pertama tampil adalah Tari Golek Asmarandana, ditampilkan oleh tiga wanita
cantik. Tarian ini memerankan bahwa seorang wanita yang menginjak masa remaja
akan senang berias diri. Tak dipungkiri di kehidupan sehari-hari pun wanita
yang telah menginjak remaja, telah masuk pada era pubertas sudah dapat
“mengurusi” diri, tidak seperti anak kecil lagi, pun menjaga penampilan yang
tak lain sudah bisa berias diri.
Tari Kelana Topeng |
Penampilan selanjutnya yang ditampilkan oleh Lantip Kuswarandaya
yang memerankan sebagai Prabu Klanasih Wandana. Adalah Tari Kelana Topeng dari cerita
Panji yang mengisahkan tentang Prabu Klanasih
Wandana yang sedang dirubung asmara terhadap Dewi Sekar Taji. Dalam
penampilan Tari Babad ini tidak ada yang memerankan Dewi Sekar Taji, hanya
seorang sebagai Prabu Klanasih Wandana saja yang sedang membayangkan
keasmaraannya dengan Dewi Sekar Taji.
Tari Golek Menak |
Kisah Dewi
Kilaswara yang berperang dengan Sudrawedi ditampilkan dengan tari Golek Menak oleh dua
wanita. Akibat dari peperangan ini dikarenakan Dewi Kilaswara dengan kekuatan
yang dimilikinya mencuri suami dari Sudrawedi, Hamyah ki Ageng Jayarana.
Tari Ramayana |
Tarian terakhir ditampilkan oleh dua orang pria adalah Tari Ramayana. Tarian yang
dipetik dari cerita Ramayana ini mengisahkan tentang Senggana atau Anoman,
utusan Prabu Rama, yang masuk ke Taman Soka dan ketahuan oleh Yasadewa.
Kemudian terjadilah perang.
saya bersama salah satu penari Tari Ramayana |
Tari Ramayana |
Acara ini pun juga menghibur dan dapat memberikan penetahuan
tentang budaya Jawa khususnya di Yogya. Jika Anda penasaran untuk melihat
langsung, datang aja ke Keraton, dekat Alun-Alun Utara, gratis, hanya tiket
masuk Keraton. Pagelaran ini diadakan setiap hari Minggu pukul 10.00 – 12.00.