Kamis, 10 Desember 2015

Cerpen "Puisi Cinta"


PUISI CINTA

                Malam yang sepi. Di sebuah rumah ada seorang gadis yang duduk termenung menikmati malam yang kelabu, tanpa orangtua dan kakak-adiknya di sana. Sudah sekitar dua bulan gadis itu hanya sendirian di rumah itu, walaupun di sana ada pakdhe dan saudara dari embahnya, yang rumahnya tak jauh dari rumah Hida karena masih satu pedukuhan, namun tetap saja Hida merasakan kesepian. Ya, namanya Hida, nama yang indah bukan?
Sedikit sinar bulan yang tak mampu menyinari hati Hida dilengkapi suara jangkrik yang bersahut-sahutan seakan mengejek Hida yang sendirian. Jauh dari keluarga, nggak ada temen yang maen, nggak ada kerjaan yang jelas malam ini. Huft! Lengkap sudah penderitaan Hida. Bintang pun tak banyak yang menghiasi atap langit malam.
            Ponsel di tangan Hida tak bergeming, Hida galau dengan perasaannya saat ini. Entah mengapa hidup Hida seperti ini. Hida berusaha untuk tegar menghadapi semua ini dan berdoa semoga semuanya baik-baik saja. “Drrttt... drrrtttt... ddrrrrrt...” Hida kaget dengan getaran ponsel dan dering sms.

new message(s) unread
1 message received

            Kata-kata itu tertulis di layar ponsel Hida. Hida menekan tombol “view”. “Dari dia” bisik Hida. Hida baca sms dia dalam hati.

Tiada cinta melainkan hati
Tiada dusta melainkan kejujuran
Janganlah engkau memendam di hati
Jika engkau menyadari

            Entah kata-kata itu dari mana, Hida tak tahu. Tak lama disusul sms lagi.

Biarlah malam begitu sepi
Tak bisa ku menahan rasa ini
Janganlah engkau pergi
Biarlah aku yang mencari
Kemana engkau pergi
Pasti kita kan bertemu kembali
Tuk menghadapi semua hidup di bum ini
Hanyalah waku yang dapat menemukan
Kita kembali, kasih...

            “Kenapa sih dia sms begitu”, bisik Hida sewot.
Bukannya Hida nggak suka, tidak juga Hida bangga atau gimana, tapi apa yang harus dikatakan Hida? Hida belum mengerti perasaannya sendiri kepada dia. Selama ini belum ada perasaan apa-apa untuk dia. Setahun yang lalu dia dan Hida kenal, selama itu dia sering telpon, sms, bahkan maen ke rumah Hida, dan juga ngajak Hida jalan. Bukannya Hida php namun sungguh ini terlalu cepat untuk Hida. Yah, inilah kegalauan Hida. Dia tak jarang menyatakan perasaannya pada Hida, baik secara langsung, via telpon, bahkan sms seperti yang diteima Hida saat ini. Tak jarang juga Hida mengacuhkannya, tak merespon dia, cuek dengan perasaan dia pada Hida. Tahu sendiri kan kesimpulannya, perasaan untuk dia belum tumbuh di hati Hida, mungkin belum waktunya.
Hida menekan tombol untuk me-reply sms itu. Hida mulai mengetik pada keypad ponselnya.

Wahai pujangga hati
Yang sedang mencari cinta sejati
Carilah bidadari yang sedang menunggu
Dan telah siap dengan cinta tulusnya untukmu
Jangan sia-siakan waktumu
Hanya untuk menunggu ketiadaan cinta
Aku bukan untukmu
Cintaku bukan untukmu
Hatiku bukan untukmu


            Hida beranikan diri untuk membalas sms dia dengan kata-kata itu. Mungkin kalian menganggap Hida jahat, tak punya perasaan atau semacamnya, namun hati Hida yakin untuk membalas dengan kata-kata seperti itu. Dengan begitu Hida tahu seberapa jauh dia akan berusaha, seberapa besar dia akan berkorban dan seberapa kuat perasaannya kepada Hida.
            “Drrrttt...”.
            “Pasti balasan dari dia”, tebak Hida. Benar saja, dari dia.

Tiada guna aku menanti seorang kekasih
Kini aku hanyalah menunggu dirimu kasih
Janganlah engkau berpaling dariku
Karena engkaulah yang aku cari
Engkaulah penyemangat hidupku
Andai kata engkau tak ada
Aku terasa hampa
Oh Tuhan...
Janganlah Engkau pisahkan aku dengannya
Karena aku sangat mencintainya

            “Ya Allah, apa ini memang takdirku? Aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?” Hida bingung dengan keadaan ini.
            Hida mengetik...

Tapi mengapa Tuhan?
Karena kehadirannya hatiku merasa tak tentu
Bukan karena suka
Aku merasa tak karuan
Bukan karena cinta atau sayang
Aku merasa tak nyaman saja
Bukan karena benci
Hanya saja belum ada perasaan untukmu
Ya Allah...
Mungkin hatiku sulit untuk berpaling
Dari cintaku dulu
Wajahnya yang terukir jelas di hatiku
Walaupun cintaku tak pernah sampai dan tak akan pernah terbalas

            Malam ini semakin larut. Hida tak lagi menghiraukan malam yang begitu kelam ini, kesepiannya pun teralihkan oleh sms dari dia. Malam yang semakin kelabu, sekelabu hati Hida saat ini. Selesai menulis balasan, Hida mengirimkan ketikannya untuk dia. Beberapa saat kemudian balasan dari dia Hida terima.

Kini hanyalah wajahmu yang selalu terukir di hatiku
Aku duduk denganmu aku terasa nyaman
Seumur hidupku aku merasa Cuma denganmu aku terasa bahagia
Oh kasih...
Ijinkan aku tuk ungkapkan perasaanku sebenarnya
Disaat engkau jauh aku terasa gelisah
Ingin ku selalu di dekatmu kasih
Karena aku terasa nyaman dan bahagia di dekat kamu kasih
Karena aku tulus suka
Hanyalah engkau kasih

            Dipandanginya pesan dari dia, Hida tak mampu lagi membalas pesan dari dia. Hida kira balasannya tak akan berarti, tak ada efeknya buat dia. So, Hida hanya membaca dan memandang tulisan itu dengan sepenuh hati. Sampai lamaaaa sekali Hida cermati kata demi kata, baris demi baris.
            “Drrttt... drttt... drrrrttt...” Hida kaget dengan getaran di tangannya, Hida buka pesan masuk. Dia sms lagi.

Aku pernah dengar tentang belahan jiwa
Aku nggak pernah tau
Sampai akhirnya aku temukan dirimu
Kadang-kadang aku takut akan masa depan yang nggak pasti
Tapi mengetahui kamu ada di sisiku
Membuat ku yakin akan hidupku

           
Inikah cinta


KP, Februari 2015

Senin, 07 Desember 2015

Cerpen "Tanpa Kata"


Tanpa Kata

 "Inah, Meida berangkat sekarang ya! Ini sudah kesiangan Bi!” teriak Meida pada Bibi Inah.
Beneran deh Meida bangun kesiangan. Gara-gara tadi malem sampe larut bener tidurnya. Jam satu malem Meida baru mapan tidur.
“Sarapan dulu Non! Ini Bibi sudah siapin...”
“Nggak usah Bi! Aku bawa kue kok, buat sarapan di sekolah nanti. Ni aku buru-buru Bi, udah hampir jam tujuh tuh. Nanti mah telat kalo sarapan dulu. Pamit ya Bi. Meida berangkat sekarang. Assalamualaikum....” teriak Meida sambil berlalu.
Meida cepet-cepet meng-gowes sepedanya. Memang, jarak sekolah Meida dari rumah tidak terlalu jauh tapi butuh waktu juga kan? Nggak seperti para TinkelBell yang hanya sekejab bisa sampe, bukan kayak peri pake tongkat bintangnya terus CLING!! ilang, sampe deh, nggak juga pake bimsalabim adakadabra terus ilang eeeh.. malah jadi kelinci? Hohoho.
Tapi pake sepeda, sekitar limabelas menitan. Kalau ngebut kayak Meida sekarang ini sepuluh menitan, kurang dikit mungkin bisa. Tapi jam tangan Meida nunjukin pukul 06.55 a.m. Meida harus lebih cepet meng-gowes sepedanya.
Dengan terengah-engah, akhirnya sampai juga Meida di sekolah. Meida agak lega, untung pintu gerbang belum ditutup, emang banyak sih yang telat, terutama anak-anak cowok yang senior, kakak kelas Meida. Kalau yang kelas satu masih tertib-tertib tapi entah besok kalau udah jadi senior, pasti kayak kakak-kakak kelasnya.
Buru-buru Meida markirkan sepeda terus lari deh menuju kelas. Pukul 07.05 a.m. Bel??? Jelas sudah lewat! Nggak usah masang telinga untuk dengerin bel. Tutup aja telinganya biar nanti kalo dapet Guru killer nggak denger kemarahannya.
Tiba-tiba di tikungan lorong kelas tak disangka-sangka dari arah berlawanan, ada seorang cowok yang juga terburu-buru. Dan....  dueeerrrr!!! Sheeett.... Meida dan cowok itu hampir tabrakan pas di tikungan. Huuufttt...! hampiiir aja jantung Meida mau copot. Untung lampu merahnya segera menyala plus remnya masing-masing belum aus jadi rem dadakannya mempan deh, heheheee...
Karena buru-buru Meida langsung geser kekiri eh dia malah geser ke arah posisi yang sama dengan Meida. Meida geser kekanan dia juga geser ke posisi yang sama, jadi Meida malah kehalangan terus. Meida sempet ngumpat dalam hati. “Gimana sih cowok ini malah ngalangin aku terus, aku itu buru-buru tau! Tapi kalo aku pikir-pikir kok kayak di sinetron-sinetron ya??? Apa Kakak ini juga mikir gitu? Moga nggak!”
“Sorry,” cowok itu minta maaf.
Meida menatap wajahnya. Saat itu juga detak jantung Meida bergetar kencang, kaki Meida terasa nggak nginjak tanah, tubuh Meida merasa melayang-layang mau terbang, tangan Meida pun sampe dingin kayak megang es. Mungkin kali ini jantung Meida beneran mau copot deh.
“Ya ampun... cakep banget nih cowok. Ya Allah mimpi apa aku semalem?” bisik Meida dalam hati. Meida mengatur nafas biar bisa ngucapin kata ‘ok’ dalam keadaan biasa. “Ok,” Meida nggak tau harus ngomong apa selain mengatakan ‘ok’ itu tadi. Dan Meida juga nggak tau harus ngapain selain harus berjalan melewati cowok itu karena cowok itu mempersilahkan Meida dengan menggeser selangkah kekiri dari ia berdiri. Meida sempet juga menyunggingkan senyuman termanisnya ( hanya untuk moment ini hihihiii... ). Cepet-cepet Meida  melangkahkan kakinya menuju kelas. Tau sendirikan, udah telat dia. Tapi, masih aja Meida senyum-senyum sendiri. Aduuuuhh... parah banget.
 Sampai di kelas belum ada guru yang masuk. Meida pun langsung masuk dan duduk di kursinya. Terbesit dalam pikirannya kejadian tadi. Meida masih aja senyum-senyum sendiri membuka memory kejadian tadi. Hemm.... ada apa ya??? Sepertinya Meida ada rasa nih sama cowok ganteng itu, bukan lain kakak seniornya sendiri. “Siapa ya Kakak tadi? Aku pengen kenalan sama Kakak,” kata Meida dalam hati.
“Krucuk....krucuk..cuk,” perut Meida bunyi.
“Aduu...uh perut ini nggak bisa diajak kompromi banget deh. Nih aku baru seneng mikirin kejadian tadi eh...malah minta makan,” gerutu Meida.
Tapi, ini adalah kesempatan Meida untuk makan kue yang dibawanya tadi. Gurunya juga belum masuk kok. Daripada nanti pas pelajaran Meida kelaperan malah tambah ribet deh, harus ijin ke belakang tapi mampir ke kantin. Terus nggak bisa dengerin pelajaran.
Meida membuka box tempat kue. Evi, teman sebangku Meida, dia tawari. Teman-teman yang lain juga pada kepengen kue yang dibawa Meida. Ya, mereka pada ngambil untuk cicip-ciciplah. Kue yang dibawa Meida lumayan banyak kok jadi semua kebagian.
Tiba-tiba Ibu Endang masuk kelas. Beliau tersenyum melihat kami.
“Dihabiskan dulu makanannya...” kata Beliau sambil berjalan di depan kelas ke tempat duduk guru.
Meida tersenyum. Cepat-cepat Meida menutup box kuenya lalu memasukkan ke laci dan menghabiskan sisa kue yang ada di mulutnya. Setelah rapi dan tenang, Bu Endang memulai pelajaran hari ini.
Pelajaran pagi ini berjalan lancar. Bel istirahat pertama berbunyi. Meida mengajak dua sahabatnya nyerbu perpus. Meida itu seneng banget dengan novel. Apalagi kalau perpus punya koleksi baru lagi, kayak hari ini, pasti Meida cepet-cepet nyerbu deh. Semua koleksi novel di perpustakaan udah dilahap Meida semua, terlebih novel-novel best seller, udah disikat abis oleh Meida. Meida juga punya koleksi novel-novel di rumahnya.
Di perpus, Meida ngambil satu novel untuk dia baca, tapi Meida udah memesan dua novel untuk Meida pinjam. Meida duduk di dekat rak buku sambil baca novel, biar nanti kalau bel masuk berbunyi Meida nggak jauh-jauh naruh novel itu.
Tak lama kemudian, ada seseorang yang duduk di depan Meida. Tapi Meida nggak menghiraukan siapa yang duduk, soalnya Meida udah asyik dengan novel yang dibacanya. Terus saja Meida baca, nggak ada lampu merah kalau Meida baca novel, kecuali darurat.
“Suka novel ??” tiba-tiba ada suara yang membuyarkan bacaan Meida. Meida merasa tak asing dengan suara itu. Dan... “Oh my God ! ternyata Kakak tadi pagi!” kata Meida dalam hati setelah dia tau yang duduk di depannya adalah Kakak kelas Meida yang tadi pagi hampir nabrak Meida.
“Ehmm... ya, suka banget,” jawab Meida. Terpaksa berhenti baca, keadaan ini darurat. “Lha Kakak ngapain disini? eh... maksudnya lagi nulis apa...?” tanya Meida agak grogi. Sampe-sampe Meida menyalahkan diri sendiri. “Ya ampuuun... gimana sih kamu itu Da? Jangan grogi donk! Huftttt...” Meida menghela nafas panjang. Mau nepuk jidat tapi nggak jadi. Nanti ndak dikira ada nyamuk di jidat Meida atau dikira nutupin jerawat di jidat Meida. “Oke... oke... semoga pertanyaanku tadi nggak kepoh bingiits,” ucap Meida dalam hati.
“Ini nyelesein tugas biologi tadi, nanti habis istirahat suruh ngumpulin.”
“Owhh...”
“O iya, nama kamu siapa? Dari tadi ngobrol tapi belum kenalan.”
“Ehm... namaku Meida...”
“Dari kelas XI A2 ya..?”
Meida mengerutkan kening, bingung kenapa Kakak ini tau kelas Meida. Sebelum Meida bertanya, dia ngasih tau duluan. Mungkin dia bisa membaca pikiran Meida.
“...aku lihat kamu tadi keluar dari kelasmu setelah bel istirahat. Oh iya namaku Andi dari kelas XII A1.” Kak Andi mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, jawat asta bahasa Jawanya (biar kalian sedikit tahu bahasa Jawa hehehe).
“Oowh ya...” setengah berbisik Meida katakan itu. Meida bingung harus jawab apa dan ngomong apa. Cowok itu udah ngasih tau namanya sebelum Meida bertanya. Mungkin itu lebih baik. Karena kalau Meida yang bertanya akan sulit untuk menanyakannya. Dan dengan segera Meida juga memberikan uluran tangannya untuk berjabat tangan. “Salam kenal,” Meida mulai bisa mengatur keadaan. Grogi Meida sudah agak berkurang.
“Wah... bentar lagi bel masuk, aku balik ke kelas dulu ya. Soalnya aku mau ngumpulin tugas. Duluan ya, seneng aku bisa kenalan denganmu Meida... kapan-kapan kita ngobrol lagi...” kata Kak Andi sebelum meninggalkan perpus, tapi tepatnya meninggalkan Meida.
“Sama-sama Kak, aku juga seneng (pake banget) bisa kenalan dengan Kakak. Aku pengen bisa kenal lebih dekat dengan Kakak...” mungkin Kak Andi hanya bisa mendengar tiga kata dari awal yang Meida ucap, karena Kak Andi sudah keluar.
Meida pun merasa males mau baca novel lagi. Jadi dia jadikan sisa waktu istirahatnya untuk melihat-lihat novel yang lain. Dua menit kemudian bel berbunyi. Tanpa kata-kata Meida dan dua temannya—yang entah tadi baca buku dimana– kembali ke kelas. Meida tak lupa mengambil novel pinjaman tadi.
Hari ini adalah hari Sabtu, pulang sekolah pukul 01.00 p.m, tapi tetep aja pulang siang karena ketambahan kegiatan Sabtu Bersih setelah pulang sekolah. Tambah jenuh nih Meida nunggu waktunya pulang. Meida pengen cepet-cepet pulang terus bisa bebas deh maen di taman rumah sambil menghilangkan penat.
Tak disangka saat Meida duduk-duduk di kursi sambil menunggu teman yang belum selesai kerja bakti, dari belakang, Meida dikagetin dengan suara itu. Suara dari cowok ganteng yang Allah ciptakan untuk Meida (cieee ilee....) pasti deh Meida nggak bisa ngrasain apa yang Meida rasain sekarang karena saking senengnya sama doi, Meida jadi mati rasa dan merasa melayang-layang gitu deh...
Kak Andi juga merasakan. Kak Andi merasakan kalau sejak dia melihat Meida dan kenal dengan Meida dia merasa seneeeng buanget dan dekat dengan Meida terasa nyaman.
“Kok belum pulang Da?” tanya Kak Andi.
“Hemm... belum Kak, tuh nunggu temen-temen,” jawabku dengan senyum.
“Oooh... Kamu kok nggak bantu?”
“Hehehe... udah Kak, tadi. Sekarang udah capek,”
“Ya kalau mau cepet selesai dibantu donk Da...”
“Andi!!! Ayo buruan!” tiba-tiba salah satu teman Kak Andi teriak memanggil Kak Andi.
“Ya, bentar!” Kak Andi menjawabnya juga dengan teriakan.
“Meida, aku duluan ya. Kamu aku tunggu di depan,” sebelum Meida mengeluarkan pertanyaan Kak Andi sudah lari duluan mengejar temannya tadi.
Sambil melihat Kak Andi berlari, Meida berfikir, mencerna kata-kata Kak Andi tadi (tapi nggak dimakan lhooo..) “Kak Andi mau nunggu aku? Ada apa ya?? Oh! Aku tahu. Kalau aku pengen tahu, aku harus cepet pulang. Itu artinya, aku harus bantu temen-temen membereskan kelas! Kak Andi...Kak Andi... maksud Kak Andi itu apa sih??? Aku bingung deh sama Kak Andi...” Kak Andi yang membuat penasaran Meida, menjadikan Meida tergugah dan beranjak dari tempat duduknya untuk membantu teman-teman.
Tak lama Meida dan teman-teman menyelesaikan kerja bakti Sabtu ini. Meida harap-harap penasaran menunggu Kak Andi (eeh bukannya Kak Andi yang nunggu Meida?) Sorry, maksudnya mau ketemu Kak Andi yang nunggu Meida di depan.
“Hey, Kak. Ada apa?” tanya Meida saat sampai di gerbang sekolah melihat Kak Andi.
“Nggak ada apa-apa kok. Ini tadi aku baru nyelesein tugas kelompok,” jawab Kak Andi.
“Lha kok nunggu aku segala?”
“Idiiih... PD banget Meida, emang aku nunggu kamu?” Kak Andi ngejek Meida.
“Iiiihhh... Kak Andi kok gitu sih? Emang tadi pas di depan kelasku Kak Andi bilang apa!?” Meida agak kesel.
“Iya-iya, jangan manyun gitu donk. Kalau kamu manyun kayak gitu mah malah tambah cantik, hehehe.”
“Apaan sih Kak Andi,” Meida cuek dengan kata-kata Kak Andi tadi.
Meida terus nyelonong aja keluar gerbang, tanpa memberi aba-aba dan menunggu aba-aba. Melihat reaksi Meida, buru-buru Kak Andi menstarter motornya lalu menyusul Meida. Jelas Meida kesusul karena Meida cuma nyepeda.
“Maaf Da, kan cuma becanda,” Kak Andi minta maaf yang berusaha mbarengi Meida.
“Iya Kak, aku juga tahu kok. Aku nggak marah kok Kak. Ini aku mau cepetan pulang nanti ada acara,” jelas Meida.
“Oalaah... kirain ngambek, hehehe...”
“Ya nggaklah, ngapain juga ngambek segala.”
“Ayo, aku tarik aja biar cepet sampe rumah,” Kak Andi mengulurkan tangan kirinya.
“Boleh,” Meida menerima tangan Kak Andi dengan tangan kanan Meida.
Saat itu Meida menjadi penunjuk jalan Kak Andi, menunjukkan arah jalan ke rumah Meida. Sesampainya di gang deket rumah Meida, mereka berhenti.
“Sampai sini aja Kak, rumahku cuma situ kok,” Meida menunjuk rumah yang bercat hijau, nggak jauh dari mereka berhenti.
“Oh, ok,”
“Trimakasih ya Kak, udah nganter aku sampe sini,” nggak lupa Meida berterima kasih.
“Ya sama-sama...” jawab Kak Andi, tapi kata-kata itu masih mengambang. Ada sesuatu yang belum dikatakan Kak Andi kepada Meida. Kak Andi butuh semua keberaniannya untuk mengatakan dan sebelum semuanya terlambat Kak Andi memutuskan untuk mengatakan sekarang.
“Tunggu Meida! Ehm... kamu mau nggak jadi pacar aku?” akhirnya Kak Andi bisa juga mengatakannya.
“Haa....!?)#&%*@(#*%&”
“Iya... saat pertama aku ketemu kamu tadi pagi, aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Aku kenal denganmu, ngobrol denganmu, aku merasa seneng dan bahagia. Aku merasa hari ini adalah hari spesial buatku karena Tuhan telah mempertemukanku dengan bidadari yang cantik, yang membuat hariku terasa berarti...”
Meida merasa bumi ini berhenti berputar, suara Kak Andi semakin lama semakin sayup-sayup kemudian hilang. Meida tak bisa mendengarkan lagi apa yang dikatakan Kak Andi. Meida pun tak bisa menjawab pertanyaan Kak Andi tadi. Pandangan Meida menjadi kabur, mata Meida tak bisa menangkap secercah cahaya pun. Semua gelap.
Tiba-tiba, “Bhuggh...” ada sesuatu yang mengenai benda keras.
“Aaaouuuwwww...” Meida menjerit kesakitan. “Ya Allah... tadi itu hanya mimpi to? Padahal so sweet, eeehh... malah endingnya aku jatuh dari tempat tidur kena meja dapet benjol, mimpi pula. Huft... Aduuuhh... emang sakit ya jatuh cinta itu (eh?)”
Meida mengambil ponselnya untuk melihat jam.
“Hhaaaaaaa...!!! Jam 06.30 a.m! mimpi apa aku semalem coba!? Ya ampuuunn... gara-gara mimpi itu aku jadi bangun kesiangan. Hhaa! Kesiangan!? Apa mimpi tadi mau jadi kenyataan!? Apa semua ini mimpi? Oh my God...!”
***

Selasa, 06 Januari 2015

Transliterasi Arab-Latin



TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Afiyati Handayu Diyah Fitriyani, M.Pd.




Disusun oleh:
Kurnia Astary                                    NIM. 14140050
Lathifatun Nafi’ah                              NIM. 14140051
Prada Galuh Wardanti                        NIM. 14140052
Jazilaturrokhmah Anis                        NIM. 14140053



PROGARAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014




KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Transliterasi Arab-Latin” untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini berisi pedoman transliterasi Arab-Latin.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Ibu Afiati Handayu D.F. sebagai dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan; kasih; dan kepercayaan yang begitu besar, teman-teman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini baik itu bantuan tenaga; pikiran; dan waktunya, serta pihak-pihak lain yang belum kami sebutkan terima kasih atas bantuannya.
Dari makalah ini kami tahu bahwa banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Yogyakarta, 16 Desember 2014

                          Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan sebuah bahasa dunia tidak mungkin dapat lepas dari pergaulan antara bahasa itu sendiri dengan bahasa dunia lainnya. Bahasa Indonesia, sebagai salah satu bahasa dunia yang dipergunakan oleh lebih kurang 200 juta masyarakat Indonesia pun tidak dapat mengelak kenyataan bahwa bahasa Indonesia yang kita gunakan ini telah menjadi bahasa besar, slah satu sumber pendukungnya adalah berkat pergaulannya dengan bahasa asing. Salah satu bahasa asing yang telah berperan besar dalam perjalanan sejarah bahasa Indonesia adalah bahasa Arab.
Transliterasi merupakan pedoman alih aksara atau ejaan dari bahasa satu ke bahasa yang lain. Transliterasi juga merupakan sebuah sarana yang diperlukan untuk menjembatani keadaan saling tidak mengerti antar bangsa yang disebabkan perbedaan bahasa dan tulisan, seperti antara bahasa Indonesia dengan bahasa Arab.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian dari transliterasi?
1.2.2        Bagaimana pedoman penggunaan transliterasi?





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transliterasi    
Sistem penulisan lambang bunyi disebut dengan transliterasi. Secara bahasa, transliterasi berasal dari bahasa Inggris “transliteration” yang artinya lambang bunyi, fonem atau kata dalam sistem penulisan atau lambang yang ditentukan menurut aturan tata bahasa. Dari pengertian ini, dapat diketahui bahwa transliterasi berhubungan dengan lambang bunyi dan sistem penulisan.
Dalam Webster`s Now 20th Century Dictionary, transliterasi diambil dari kata kerja “transliterate” yang berarti to write or spell (words, etc) in the alphabetical characters of another language that represent the same sound or sounds. Dalam pengertian ini, transliterasi dapat diartikan sebagai penulisan dan pengucapan karakter huruf asing dalam bentuk lambang yang mempunyai bunyi yang sama.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transliterasi diartikan sebagai penyalinan dengan penggantian huruf abjad satu ke abjad yang lain. Dalam pengertian ini, transliterasi hanyalah sebuah penggantian abjad saja, bukan penggantian lambang bunyi sebagaimana yang telah tersebut dalam pengertian sebelumnya.
Disimpulkan bahwa transliterasi adalah penulisan atau pengucapan lambang bunyi bahasa asing yang dapat mewakili bunyi yang sama dalam sistem penulisan suatu bahasa tertentu. Sedangkan transliterasi Arab-Latin adalah penyalinan lambang bunyi huruf Arab ke dalam sistem penulisan huruf latin.



2.2 Pedoman Transliterasi
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

2.2.1        Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama
Huruf
Latin
Keterangan
ا 
ب
ت
ث
ج
Alif
ba’
ta’
sa’
jim
Tidak dilambangkan
b
t
j
Tidak dilambangkan
Be
Te
Es (dengan titik diatas)
Je

ح
خ
د
ذ
ر

ha’
kha’
dal
zal
ra’

kh
d
ż
r

Ha (dengan titik di bawah)
Ka dan Ha
De
Zet (dengan titik di atas)
Er

ز
س
ش
ص
ض

zai
sin
syin
sad
dad

z
s
sy

Zet
Es
Es dan Ye
Es (dengan titik di bawah)
De (dengan titik dibawah)

ط
ظ
ع
غ
ف
Ta
za
‘ain
gain
fa’
g
f
Te (dengan titik dibawah)
Zet (dengan titik dibawah)
Koma terbalik diatas
Ge
Ef

ق
ك
ل
م
ن


qaf
kaf
lam
mim
nun

q
k
l
m
n


Qi
Ka
El
Em
En

و
ه
ء
ي
wawu
ha’
hamzah
ya’
w
h
y
We
Ha
Apostrof
Ye


2.2.2        Vokal

            Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat, yaitu fathah  (ـــــــَــــ) untuk vokal a, kasroh  (ــــــــِـــــ) untuk vokal i, dan dhummah  (ــــــــُـــــ) untuk vokal u.  Vokal rangkap bahasa Arab lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf yaitu  au yaitu harakat a (fathah) diikuti wawu (و) sukun (mati), dan  ai yaitu harakat  a (fathah) diiringi huruf ya’ (ي) sukun (mati).
Contoh vokal tunggal :          كَسَرَ    ditulis     kasara
                                                               جَعَلَ    ditulis     ja‘ala



Contoh vokal rangkap :
a.       Fathah + yā’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai (أي).
Contoh:    كَيْفَ       ditulis     kaifa
b.      Fathah + wāwu mati ditulis au (او).
Contoh:    هَوْلَ       ditulis     haula

2.2.3        Maddah

            Maddah atau vokal panjang yang di dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda. Vokal panjang ditulis, masing-masing dengan tanda hubung (-) diatasnya.

Tanda
Nama
Huruf Latin
Nama
اَ
Fathah dan alif
Â
a dengan garis di atas
...ي َ
Atau fathah dan ya
 ِ...ي
Kasrah dan ya
Î
i dengan garis di atas
ُ...و
Dammah dan wau
Û
u dengan garis di atas

Contoh :          قَالَ        ditulis     qâla                                                          
                                    قِيْلَ        ditulis     qîla
                                  يَقُوْلُ      ditulis     yaqûlu


2.2.4        Ta’ marbutah 

            Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu : ta’ marbutah yang hidup atau mendapat harakat  fathah, kasrah,  dan dammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta’ marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].
            Kalau pada kata yang berakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh :          رَوْضَةُ اْلاَطْفَالِ   ditulis   rauḍah al-aṭfāl
                                 رَوْضَةُ اْلاَطْفَالِ   ditulis   rauḍatul aṭfāl
2.2.5        Syaddah

            Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
            Jika hurufى   ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ــــِـىّ, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (i).

Contoh :          رَبَّنَا          ditulis     rabbanâ
                                       الحَدُّ          ditulis     al-ḥaddu

2.2.6        Kata Sandang Alif + Lam (ال)

            Transliterasi kata sandang dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.       Kata sandang diikuti huruf syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu atau huruf lam diganti dengan huruf  yang mengikutinya.

Contoh :     الرَّجُلُ       ditulis      ar-rajulu
                                     الشَّمْسُ    ditulis     as-syamsu
b.      Kata sandang diikuti huruf qamariah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditulis al-.
Contoh :     اَلْمَلِكُ           ditulis        al-Maliku
                    القَلَمُ           ditulis        al-qalamu

2.2.7        Hamzah

      Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir kata, maka ditulis dengan tanda apostrof (’).

2.2.8        Penulisan Kata

      Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf, ditulis terpisah. Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara, bisa terpisah per kata dan bisa pula dirangkaikan.
      Contoh :
                       وَاِنَّ اللهَ لَهُوَ خَيْرٌ الرَّازِقِيْنَ
Ditulis:    Wa innallâha lahuwa khair al-râziqîn atau
Wa innallâha lahuwa khairurrâziqîn

2.2.9        Huruf Kapital

      Walaupun dalam sistem huruf Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf kapital tetap digunakan. Penggunakan huruf kapital sesuai dengan EYD, di antaranya huruf kapital digunakan untuk penulisan huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Penggunaan huruf capital untuk allah hanya berlaku bila dalam tulisan arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf / harakat yang dihilangkan, huruf capital tidak dipergunakan.

Contoh :    البُخاَرِي         ditulis     al-Bukhârî
                               البَيْهَقِي          ditulis     al-Baihaqî






BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

Transliterasi berasal dari bahasa Inggristransliteration”, yang artinya, lambang bunyi, fonem atau kata dalam sistem penulisan, atau lambang yang ditentukan menurut aturan tata bahasa. Transliterasi Arab-Latin biasa digunakan untuk mengalihaksarakan tulisan Arab kedalam tulisan Latin. Pedoman transliterasi Arab-Latin berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988 terdiri atas huruf konsonan tunggal, huruf vokal, maddah, saddah, ta’ marbutah, huruf kapital, kata sandang, hamzah, penulisan kata, dan huruf kapital.





DAFTAR PUSTAKA


Al kafi, Hasbi. 2013. “Makalah Transliterasi”. Dalam http://kumpulanmakalah123. blogspot.com/2013/02/makalah-transliterasi.html di akses 06 November 2014 pukul 13.25.

Anonim.  “Pengertian Transliterasi Menurut Kamus”. Dalam http://www.referensimakalah. com/2013/03/pengertian-transliterasi-menurut-kamus.html di akses 06 November 2014 pukul 13.22

Herniti, Eneng. 2005. Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Rahmawati. Atika. 2014. “Transliterasi Arab-Latin”. Dalam http://atikarahmawati8. blogspot.com/2014/01/transliterasi-arab-latin_3777.html di akses 06 November 2014 pukul 13.15

Zuvara, Ressy Amalia. 2008. “Aplikasi Transliterasi dan Transkripsi Isim ‘Alam Bahasa Arab Modern Dalam Situs BBC Arabic”. Dalam  Skripsi. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok.