PSIKOLOGI ISLAM
Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas individu mata kuliah Pengantar Studi Islam
Dosen: Prof. Dr. M. Abdul Karim, M. A., M. A.
Disusun oleh:
Prada Galuh
Wardanti
NIM.14140052
Kelas B
JURUSAN ILMU
PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB
DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, banyak nikmat
yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya
layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ”PSIKOLOGI ISLAM” untuk memenuhi tugas individu
mata kuliah Pengantar Studi Islam.
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Bapak
Prof. Dr. M. Abdul Karim, M. A., M. A. sebagai dosen mata kuliah Pengantar
Studi Islam, kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Teman-teman yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini baik itu bantuan tenaga,
pikiran, dan waktunya. Serta pihak-pihak lain yang belum penulis sebutkan
terima kasih atas bantuannya.
Penulis
tahu bahwa makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik
lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Yogyakarta,
16 Desember 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini semakin berkembang pesat.
Terutama tentang psikologi, para tokoh Islam ataupun tokoh dari Barat sangat
semangat dalam memperjuangkan ilmu psikologi untuk mewujudkan psikologi sebagai
ilmu yang independen. Dalam konsep Islam, kaum Muslim dalam memperjuangkan
ajaran agama Islam dapat melahirkan psikologi Islam sebagai cabang ilmu baru
dari ilmu psikologi. Psikologi Islam muncul karena adanya pengaruh dari
psikologi Barat yang mendorong kaum Muslim untuk mewujudkan psikologi yang
berlandaskan ajaran agama Islam.
Walaupun terbentuknya Psikologi Islam karena adanya perkembangan
psikologi di Barat yaitu Psikologi Barat Kontemporer, itu bukan masalah, sebab
jika di dunia ini tidak ada keterkaitan atau hubungan maka tidak akan ada
proses. Jadi terbentuknya Psikologi Islam melalui proses asimilasi atau
pembauran dengan pemilahan dan pemilihan dari Psikologi Barat Kontemporer
menggunakan konsep-konsep sesuai agama Islam untuk mencapai kedamaian dunia dan
akhirat.
Psikologi identik dengan manusia, maka dari itu dalam Psikologi
Islam manusia sebagai subjek yang berhubungan dengan alam sebagai objek dan di
antara keduanya ada keterkaitan dengan Yang Maha Subjek dan Yang Maha Objek
yaitu Tuhan, Allah SWT.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dan hakikat psikologi Islam?
2.
Bagaimana
sejarah Psikologi Islam?
3.
Apa
saja struktur manusia menurut Psikologi Islam?
4.
Apa
saja struktur manusia menurut Psikologi Barat?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikologi Islam
Secara etimologis psikologi berasal dari
kata psycology (bahasa Inggris), psyche (bahasa Yunani) berarti jiwa
(soul, mind).[1]
Dalam Islam istilah jiwa dapat dinamakan dengan al-nafs dan ada yang
menyamakan dengan istilah al-rūḥ. Kata kedua adalah logos yang
berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang jiwa.
Psikologi dapat diterjemahkan dalam
bahasa Arab menjadi ilmu nafs, bahkan Soekanto Mulyomartono lebih khusus
menyebutkan dengan nafsiologi. Penggunaan istilah ini disebabkan objek
kajian psikologi Islam adalah al-nafs, yaitu aspek psikologi pada diri
manusia.
Menurut Wilhelm Wundt, psikologi
adalah ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental, seperti pikiran, perhatian,
persepsi, kemauan, dan ingatan. Plato dan Aristoteles mengemukakan bahwa
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta
prosesnya sampai akhir. Menurut John Watson, psikologi adalah ilmu pengetahuan
tentang organisme.[2]
Kata Islam berasal dari kata aslama yang
berarti patuh atau berserah diri. Secara terminologi Islam adalah wahyu
Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana terdapat dalam
al-Quran dan al-Sunnah sebagai petunjuk bagi seluruh manusia untuk mencapai
kesejahteraan dan kedamaian hidup di dunia dan di akhirat.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa psikologi Islam adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia
dalam berinteraksi di kehidupan dunia yang berpedoman pada ajaran agama Islam
untuk mencapai kedamaian dunia dan akhirat.
Psikologi Islam adalah usaha
membangun sebuah teori dari khazanah kepustakaan Islam, baik dari al-Quran,
al-Sunnah ataupun al-Hadist. Psikologi Islam merupakan salah satu disiplin yang
membantu seseorang untuk memahami ekspresi diri, aktualisasi diri, kontrol
diri, realisasi diri,konsep diri, citra diri, harga diri, kesadaran diri,
kontrol diri, dan evaluasi diri, baik untuk diri sendiri atau orang lain.
Menurut Hanna Djumhana Bastaman menjelaskan
bahwa Psikologi Islam adalah corak psikologi berlandaskan citra manusia menurut
ajaran Islam yang mempelajari keunikan dan pola pengalaman manusia berinteraksi
dengan diri sendiri, lingkungan sekitar, dan alam keruhanian dengan tujuan
meningkatkan kesehatan mental dan kualitas keberagamaan. Menurut Baharuddin,
psikologi Islam adalah sebuah aliran baru dalam dunia psikologi yang
mendasarkan seluruh bangunan teori-teori dan konsep-konsepnya kepada Islam.[3]
Hakikat psikologi Islam dapat
dirumuskan sebagai berikut: kajian Islam yang berhubungan dengan aspek-aspek
dan perilaku kejiwaan manusia, agar secara sadar ia dapat membentuk kualitas
diri yang lebih sempurna dan mendapatkan kabahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.[4]
Hakikat definisi Psikologi Islam mengandung
tiga unsur pokok: Pertama, bahwa psikologi Islam merupakan salah satu
dari kajian masalah-masalah keislaman. Hal ini tidak terlepas dari kerangka
ontologi (hakikat jiwa), epistimologi (bagaimana cara mempelajari jiwa), dan
aksiologi (tujuan mempelajari jiwa) dalam Islam. Melalui ini akan tercipta
bagian-bagian psikologi dalam Islam, seperti Psikopologi Islam, Psikoterapi
Islam, Psikologi Agama Islam, dan sebagainya. Kedua, bahwa Psikologi
Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia. Aspek-aspek
kejiwaan dalam Islam berupa al-Ruh, al-Nafs, al-Kalb, al-`Aql, al-Damir,
al-Lubb, al-Fu’ad, al-Sirr, al-Fitrah, dan sebagainya. Ketiga, bahwa
Psikologi Islam bukan netral etik, melainkan sarat akan nilai etik. Dikatakan
demikian sebab Psikologi Islam memiliki tujuan yang hakiki, yaitu merangsang
kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih sempurna untuk
mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.[5]
B.
Sejarah Psikologi Islam
Perkembangan tentang psikologi sudah sejak lama, sehingga mendorong
umat Muslim untuk membentuk ilmu baru yang berkaitan dengan psikologi dan
berlandaskan ajaran agama Islam, yaitu Psikologi Islam. Psikologi Islam ini
dijadikan sebagai semangat membangkitkan dunia Islam dan menghidupkan kembali
ajaran Islam dalam kehidupan.
Sejarah lahirnya psikologi Islam terjadi karena adanya persentuhan agama
dengan psikologi, terdapat empat periode. Periode pertama pada abad ke-19. Tahun
1879 psikologi sebagai sains dimulai, ketika Wilhelm Wundt (1832-1920) dari
Universitas Leipzig di Jerman mendirikan Laboratorium untuk eksperimen dan
observasi. Di periode ini persentuhan agama dan psikologi belum muncul. Periode
kedua di akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, para psikolog berusaha untuk
mengkaji dan menafsirkan perilaku beragama berdasar konsep dan teori psikologi.
“Psikologi of Religion” (psikologi agama) sudah menjadi salah satu cabang dari
psikologi dengan tokoh utama Edwin Diller Starbuck, James H. Leuba dan William
James dengan tulisan-tulisan karya mereka.
Selanjutnya periode ketiga tahun 1930-1950-an, terjadi kemerosotan
hubungan agama dengan psikologi, hubungan agama dengan psikologi tidak saling
menghargai, menganggap dirinya masing-masing benar dan menolak kebenaran yang
lain. Kemudian, periode keempat, dimulai tahun 1960-an sampai tahun 2001.
Pengembangan psikologi mengarah pada usaha-usaha untuk menjadikan nilai,
budaya, dan agama sebagai objek kajian psikologi dan sebagai sumber inspirasi
bagi pembangunan teori-teori psikologi sehingga hubungan agama dengan psikologi
bersemi kembali. Pada periode ini lahir Psikologi Humanistik dan Psikologi
Transpersonal. Objek telaahan kedua psikologi ini adalah kualitas-kualitas khas
kemanusiaan, berupa pikiran, perasaan, kemauan, kebebasan, kemampuan potensi
luhur jiwa manusia dan lain-lain. Di sini terlihat dengan jelas hubungan yang
saling mengisi dan membutuhkan antara agama dengan psikologi sehingga dapat
menjadi peluang sekaligus tantangan bagi umat Islam untuk melahirkan
konsep-konsep psikologi.
Lain halnya sejarah perkembangan teori-teori psikologi di Barat,
adanya beberapa aliran yang berkaitan dengan ilmu psikologi di Barat. Awalnya
sebelum psikologi menjadi ilmu (sains) yang independen, sebelum tahun 1879,
telah muncul analisis yang mengkaji keberadaan jiwa secara analitis-sintesis
dengan menggunakan prinsip-prinsip kausalitas yaitu aliran associationism.
Dengan dasar pengamatan sehingga membentuk ide-ide yang dapat dihubungkan
melalui proses mekanisme assosiasi. Tokohnya adalah John Locke (1623-1704 M),
James Mill (1773-1836 M).
Perkembangan selanjutnya lahir teori strukturalisme,
dikemukakan pertama oleh Wilhelm Wundt (1832-1920 M). Teori ini menguraikan
struktur atau susunan jiwa, terdiri atas elemen-elemen yang saling berhubungan,
sehingga merumuskan bahwa jiwa adalah kesadaran.pemuka teori ini antara lain G.T.
Fechner (1801-1887 M), H.L.F. Von Helmholtz (1821-1894 M), W. Wundt (1832-1920
M), dan E.B. Titchener (1867-1927 M). Lalu aliran fungsionalisme yang
merupakan reaksi terhadap strukturalisme, mempelajari aktivitas tingkah laku
untuk mencari fungsinya dalam hubungannya dengan lingkungan. Akhirnya ditemukan
bahwa jiwa berfungsi sebagai pemeliharaan proses kelangsungan hidup, jiwa
bersifat dinamis, praktis, dan pragmatis. Tokoh-tokohnya William James
(1842-1910 M), John Dewey (1859-1952 M), dan E.L. Thondike (1874-1949 M).
Kemudian muncul aliran gestalt, berpendapat bahwa jiwa harus
dipelajari secara totalitas. Pemuka aliran ini adalah Max Wertheimer (1880-1943
M), Kurt Koffka (1886-1941 M), dan Wolfgang Kohler (1887-1967 M). Selanjutnya
teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmunt Freud (1856-1939 M)
mengatakan bahwa jiwa manusia
memiliki potensi diri yakni id, ego, dan super
ego. Muncullah paradigma psikologi yang objektif dengan metode empirism yaitu behaviorisme.
Dasarnya bahwa tingkah laku manusia sebagai manifestasi kejiwaannya
merupakan respon dari stimulus yang diterimanya dari lingkungan dan teori ini
lebih dikenal dengan Stimulus-Respon (S-R). Aliran behaviorisme
dengan tokohnya yang terkenal antara lain Ivan Pavlov, John B. Watson, dan J.
F. Skinner. Abraham Harold Maslow (1908-1970 M) mengembangkan aliran psikologi humanistik
yang mengakui adanya kualitas insani dalam diri manusia berupa berpikir,
abstraksi, imajinasi, perasaan, dan lain-lain. Sekitar tahun 1970 M terbentuk
aliran psikologi transpersonal yang mengkaji manusia secara totalitas
dengan memperhatikan empat dimensi, yaitu dimensi biologis, psikis,
sosio-kultural, dan spiritual.
Tahun 1975-an, muncul kesadaran di kalangan psikolog Muslim atas
paradigma yang berkembang di Barat. Adalah psikologi Islami yang didasarkan,
diadopsi, di transformasikan dari konsep-konsep atau teori-teori psikologi
Barat yang kemudian diislamisasikan, hasilnya dimasukkan ke dalam khazanah
Islam. Penggunaan istilah Islami (dengan huruf i pada kata Islam) disebabkan
ketidakpercayaan bahwa apa yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan Islam atau
tidak karena kerangkanya dari khazanah lain. Metode pengembangan psikologi
Islami ini menggunakan metode Pragmatis.
Ada juga yang melalui metode Idealistik, yang mengutamakan
penggalian psikologi Islam dari ajaran Islam sendiri. Yaitu psikologi Islam (tanpa
huruf i pada kata Islam) didasarkan atas nilai-nilai dasar Islam: al-Quran,
Hadist, dan pemikiran para psikolog muslim. Orang Muslim seharusnya dapat
membangun psikologi jauh lebih sempurna dari orang Barat karena orang Muslim
memiliki pedoman dasar yaitu al-Quran dan Hadist.
C.
Struktur Manusia Menurut Al-Quran
Al-Quran merupakan pedoman dasar agama Islam yang sempurna, bisa
dikatakan apa pun ada dalam al-Quran, termasuk manusia. Dalam al-Quran menjelaskan
tentang manusia secara totalitas, baik fisik maupun psikis.[6] Penggolongan
struktur manusia berdasarkan al-Quran yang saling berhubungan, adalah:
1. Aspek Jismiah
Adalah aspek manusia tentang organ
fisik dan biologis tubuh manusia dengan perangkat-perangkatnya. Aspek ini
sangat tergantung dengan substansi aspek lain karena substansi aspek ini
sebenarnya mati, yaitu al-nafs dan al-rūḥ yang menjadikannya
hidup. Aspek jismiah mempunyai peranan penting untuk mengaktualisasikan fungsi
aspek nafsiah dan aspek ruhaniyah.
2. Aspek Nafsiah
Adalah keseluruhan kualitas khas
manusia, berupa pikiran, perasaan, kemauan, dan kebebasan. Aspek ini merupakan
persentuhan antara aspek jismiah dengan aspek ruhaniyah. Aspek ini memiiki tiga
dimensi:
a. Dimensi al-nafsu, adalah dimensi psikis manusia yang
memiliki dua daya yaitu: daya gadab (marah) yang bertujuan untuk
menghindarkan diri dari sesuatu yang membahayakan dan syahwah (senang)
berpotensi untuk mencapai kesenangan.
b. Dimensi al-‘aql, merupakan kualitas insāniyah pada psikis
manusia yang memiliki daya mengetahui (al-‘ilm) akibat adanya fungsi
pikiran, seperti tafakkur (memikirkan), al-naẓar (memperhatikan),
al-i’tibār (menginterpretasikan), dan lain-lain.
c. Dimensi al-qalb, berperan dalam memberikan sifat insāniyah
(kemanusiaan) bagi psikis manusia. Al-qalb memiliki dua daya, yaitu
memahami dan merasakan. Dilihat dari fungsinya, al-qalb mempunyai tiga
fungsi. Pertama, fungsi kognisi yang menimbulkan daya cipta seperti: memahami (fiqh),
mengetahui (‘ilm), mengingat (ẓikr), dan melupakan (gulf).
Kedua, fungsi emosi yang menimbulkan daya rasa seperti tenang (Ṭama’nīnah),
sayang (ulfah), senang (ya’aba), kasar (galīẓ), takut (ru’b),
dengki (gill), sombong (hamiyah), dsb. Ketiga, fungsi konasi yang
menimbulkan daya karsa seperti berusaha (kasb).
3. Aspek Ruhaniah
Adalah aspek psikis manusia yang
besifat spiritual dan transendental. Dalam aspek ruhaniah terdapat dua dimensi,
yang keduanya berasal dari Allah.
a.
Dimensi
al-rūḥ, bersifat illahiyah (ketuhanan) dan mempunyai daya
spiritual yang menarik badan (al-jism) dan jiwa (al-nafs) menuju
Allah, dengan begitu manusia memerlukan agama. Al-rūḥ diberikan kepada
manusia melalui proses al-nafkh.
b.
Dimensi
al-fiṭrah, bermakna suatu kecenderungan alamiah bawaan sejak lahir yang
membentuk identitas atau (secara agama) bahwa manusia sejak lahir telah
memiliki agama bawaan secara alamiah yaitu agama tauhid, mengesakan Allah.
D.Struktur Manusia Menurut Psikologi
Barat
Di sini akan dijelaskan konsep dasar
Psikologi Barat atas struktur manusia.
1.
Psikologi
Fisiologi (Physiological Psychology)
Psikologi Barat yang membahas manusia dari segi aspek
fisik-biologis. Psikologi ini berhubungan dengan fungsi sistem dalam tubuh
manusia dengan tingkah lakunya. Psikologi Fisiologi ini sama seperti dengan
aspek jismiah manusia berdasarkan struktur manusia dalam al-Quran.
2.
Psikoanalisa
Sigmund Freud (1856-1939 M) adalah tokoh dari konsep ini yang
berdasarkan pandangannya kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem, yaitu
id, ego, dan super ego. Id merupakan penyimpan kebutuhan
manusia mendasar yang mencari pemuasan dalam realitas eksternal seperti makan,
minum, istirahat. Ego membantu id mengadakan kontak dengan
realitas, ego bekerja menurut prinsip realitas. Super ego
merupakan nilai-nilai moral masyarakat yang ditanamkan pada diri individu.
Selain itu, manusia juga memiliki tiga sistem strata, yaitu the
consciousness (kesadaran), the preconsciousness (bawah sadar), dan the
unconsciousness (tidak sadar). Dalam psikologi Islam, konsep ini termasuk
pada aspek nafsiah yaitu dalam dimensi al-nafsu.
3.
Behaviorisme
Bahwa manusia sangat ditentukan oleh
lingkungannya, manusia berperilaku disebabkan oleh lingkungan dan bertujuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Manusia menjadi determistik, tidak
kreatif dan selalu menjadi objek. Jiwanya pasif ketikaberhubungan dengan
lingkungan dan hanya merupakan makhluk fisik-biologis saja sehingga aspek ini
termasuk dalam aspek jismah menurut al-Quran.
4.
Psikologi
Humanistik
Disini muncul teori-teori personality
and motivation (kepribadian dan motivasi) oleh William James (1842-1910 M)
yang kemudian dikembangkan oleh Gordon W. Allport (1897-1967 M), client-centered-approarch
(pendekatan yang berpusat pada klien) dalam menangani masalah terapi oleh Carl
Rogers (1902-1987 M), self actualization (aktualisasi diri) oleh Abraham
H. Moslow (1908-1970 M), dan teori the will to meaning (kehendak untuk
hidup bermakna) oleh Victor Frankl dalam logoterapinya. Psikologi Humanistik
berasumsi bahwa manusia memiliki potensi baik untuk menumbuhkan dan
mengembangkan harkat dan martabat yang merupakan refleksi dari sifat-sifat pada
aspek nafsiah menurut al-Quran.
5.
Psikologi
Transpersonal
Psikologi ini memiliki dua hal penting yang menjadi sasaran telaah
yaitu potensi luhur batin manusia (humam highest potentials) dan
fenomena kesadaran manusia (humam states of consciousness), ini
berhubungan dengan keruhanian dan bersifat spiritual. Psikologi Transpersonal
menekankan pada pengalaman subjektif-transendental, berbeda dengan psikologi
Islam yang bersifat subjektif-objektif-transenden. Dalam pandangan aspek
menurut al-Quran aspek ini termasuk ke dalam aspek ruhaniah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Psikologi Islam adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia melalui
tingkah lakunya dalam berhubungan dengan alam, manusia, dan Tuhannya
berdasarkan konsep ajaran Islam (al-Quran dan Hadist). Lahirnya psikologi Islam
terjadi karena adanya persentuhan agama dengan ilmu psikologi, perkembangan
tentang ilmu psikologi pun semakin berkembang, sehingga mendorong umat Muslim
untuk membentuk ilmu baru yang berkaitan dengan psikologi yang berlandaskan
ajaran agama Islam, yaitu Psikologi Islam. Psikologi Islam ini muncul juga
karena pembauran dengan Psikologi Barat namun berlandaskan agama Islam. Sesuai
konsep dalam Psikologi Islam, manusia mempunyai tiga aspek: aspek Jismiah
(badan), aspek Nafsiah (al-nafsu, al-‘aql, al-qalb), dan aspek Ruhaniah
(al-rūḥ, al-fiṭrah). Berbeda dengan Psikologi Barat yang terdiri dari
aliran-aliran, yaitu psikologi fisiologi (fisik), psikoanalisa, behaviorisme,
psikologi humanistik, dan psikologi transpersonal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2013. “Pengertian Psikologi Islam”. Dalam http://www.referensimakalah.com/
2013/03/pengertian-psikologi-islam.html di akses 10 September 2014 pukul 09.45
Baharuddin.
2007. Paradigma Psikologi Islam: Studi tentang Elemen Psikologi dari Al-Quran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bastaman, Hanna Djumhana. 1997. Integrasi Psikologi dengan
Islam: Menuju Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2002. Nuansa-Nuansa
Psikologi Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Nizar, Hayati. “Prospek Psikologi Islam”.
Saputri, Rafi. 2009. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia
Modern. Jakarta: Rajawali Pers.
Shaleh, Abdul Rahman. 2008. Psikologi: Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam. ed.I.
Jakarta: Kencana.
[1] Abdul Rahman
Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta:
Kencana, 2008), hlm. 1.
[2] Abdul Rahman
Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (dengan
perubahan), (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 5-7.
[3]Hanna
Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islam
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997) hlm. 228.
[4]
Abdul Mujib dan
Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002) hlm. 05.
[5]
Ibid.
[6]
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam:Sudi tentang Elemen Psikologi dari
Al-Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 64.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPermisi.... Izin copas mas beberapa...
BalasHapusIzin copas
BalasHapusizin copas kak...
BalasHapus